Quran sebagai penawar penyakit
Al-Qur’an Sebagai Syifā’ : Obat Penawar Penyakit

Al-Qur’an adalah sumber syariat Islam yang memiliki berbagai macam fungsi. Salah satu fungsi Al-Qur’an adalah sebagai obat penawar (syifā’) segala penyakit baik penyakit rohani dan jasmani serta menjadi rahmat bagi orang-orang yang beriman.

Wahai manusia! Sungguh, telah datang kepadamu pelajaran (Al-Qur’an) dari Tuhanmu, penyembuh bagi penyakit yang ada dalam dada, dan petunjuk serta rahmat bagi orang yang beriman. (Q.S. Yunus: 57)

يَـٰٓأَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَآءَتْكُمْ مَّوْعِظَةٌۭ مِّنْ رَّبِّكُمْ وَشِفَآءٌۭ لِّمَا فِى الصُّدُوْرِ وَهُدًۭى وَرَحْمَةٌۭ لِّلْمُؤْمِنِيْنَ

Pengertian Kata Syifā’

Dalam kamus Al-Munawwir syifā’ diartikan sebagai pengobatan, kesembuhan, atau obat. Syifā’ dalam kamus al-Munjid fi al-Lughah wa al- A’lam antara lain diartikan sebagai obat dan kesembuhan.

Pandangan Ulama Tafsir Tentang Syifa’

Menurut M. Quraish Shihab bahwa kata syifā’ bisa diartikan kesembuhan atau obat, dan digunakan juga dalam arti keterbatasan dari kekurangan, atau ketiadaan arah dalam memperoleh manfaat.

Dalam tafsir al-Azhar syifā’ dimaknai sebagai obat, yaitu obat bagi segala panyakit jiwa manusia seperti, kesombongan, kedengkian, putus asa yang menimpa manusia. Dengan membaca ayat-ayat al-Qur’an secara seksama dan memahami makna yang terkandung di setiap ayat maka lambat laun akan sembuh dengan sendirinya.

Pendapat al-Zarkasyi, syifā’ itu digolongkan sebagai nama lain dari al-Qur’an yang diuraikan melalui penjelasan bahwa al-Qur’an itu dapat berfungsi sebagai syifa’ bagi orang-orang yang beriman dari penyakit kekafiran, dan untuk orang-orang yang mengetahui dan mengamalkannya, maka syifā’ itu dapat berfungsi sebagai obat dari penyakit kebodohan.

Al-Qur’an Memuat Informasi Tentang Obat

Fungsi Al-Qur’an sebagai penyembuh tidak hanya pada yang bersifat psikis, tetapi juga menjadi penyembuh bagi penyakit fisik. Salah satu jenis obat penyakit fisik yang disebut dalam al-Qur’an adalah madu.

ثُمَّ كُلِيْ مِنْ كُلِّ الثَّمَرٰتِ فَاسْلُكِيْ سُبُلَ رَبِّكِ ذُلُلًۭا ۚ يَخْرُجُ مِنْۢ بُطُوْنِهَا شَرَابٌۭ مُّخْتَلِفٌ أَلْوٰنُهُۥ فِيْهِ شِفَآءٌۭ لِّلنَّاسِ ۗ إِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَأٰيَةًۭ لِّقَوْمٍۢ يَتَفَكَّرُوْنَ.

Kemudian makanlah dari segala (macam) buah-buahan lalu tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). “Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berpikir. (Q.S. an-Nahl: 69)

M. Quraish Shihab menyebutkan dalam tafsirnya bahwa madu mengandung unsur fruktosa dan perfentous, yaitu semacam zat gula yang mudah dicerna. Ilmu kedokteran modern menyimpulkan bahwa glukosa sangat berguna bagi proses penyembuhan berbagai jenis penyakit melalui injeksi atau dengan perantaraan mulut yang berfungsi sebagai penguat.

Al-Qur’an adalah penyembuh yang sempurna dari seluruh penyakit hati dan jasmani. Rasulullah saw. memohon kesembuhan dan berobat dengan menggunakan ayat Al-Qur’an.

Sebagaimana diriwayatkan dari Aisyah r.a. bahwa “Ketika Nabi saw. sakit menjelang wafat, beliau membaca surah-surah al-Mu’awwidzat, kemudian beliau meniupkannya (ke tangan, lalu beliau mengusapkan tangan ke tubuhnya). Ketika sakit beliau semakin parah, aku tiupkan kepada beliau surah-surah al-Mu’awwidzat lalu aku usapkan tangan beliau sendiri (ke tubuhnya) karena keberkahannya.” (HR. Bukhari, 5735)

Penulis : Yunus Muhammad Zen
Editor : Pandu Cahyoning Negoro

Leave a Reply

Artikel Lainnya