Idul Adha, hari raya penuh makna bagi umat Muslim di seluruh dunia, selalu dirayakan dengan semangat berbagi melalui ibadah qurban. Di balik pelaksanaan penyembelihan hewan qurban, ternyata tersimpan kisah luar biasa yang penuh hikmah dan pelajaran berharga. Sebuah kisah tentang ketaatan tanpa batas, kasih sayang yang tulus, dan pengorbanan besar seorang ayah dan anak yang menjadi teladan sepanjang masa yaitu: Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail.
Sejarah Singkat Kelahiran Nabi Ismail
Sebelum menyelami sejarah qurban, mari kita menengok perjalanan hidup Nabi Ibrahim. Beliau dan sang istri tercinta, Siti Sarah, mendambakan kehadiran seorang anak. Namun, penantian mereka tak kunjung berakhir. Hingga di usia senja, Allah SWT mengabulkan doa mereka dengan lahirnya Nabi Ismail dari rahim Siti Hajar, istri kedua Nabi Ibrahim.
Kelahiran Nabi Ismail membawa kebahagiaan tak terkira bagi Nabi Ibrahim. Beliau mencurahkan seluruh kasih sayangnya kepada sang putra. Ismail tumbuh menjadi anak yang cerdas, patuh, dan taat beribadah kepada Allah SWT. Keduanya hidup bahagia di tengah tanah gersang Makkah.
Ujian Keimanan Nabi Ibrahim
Kebahagiaan Nabi Ibrahim diuji ketika Allah SWT memberikan perintah melalui mimpi. Dalam mimpinya, Nabi Ibrahim diperintahkan untuk menyembelih putra terkasihnya, Ismail. Bayangkan betapa beratnya perintah tersebut. Ismail adalah belahan jiwa, pelita hati, dan karunia terindah yang Allah SWT berikan setelah penantian panjang.
Perintah ini terukir dalam Al-Quran:
“Dan ketika (Ismail) telah cukup dewasa untuk (bertanggung jawab) bersama Ibrahim, (Ibrahim) berkata, “Wahai anakku! Aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Pikirkanlah apa pendapatmu!” Dia (Ismail) menjawab, “Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; engkau akan mendapatiku (termasuk) orang yang sabar.” (QS. Ash-Shaaffat: 102)
Nabi Ibrahim dilanda kebimbangan. Di satu sisi, beliau sangat mencintai Ismail. Di sisi lain, beliau adalah utusan Allah SWT yang selalu taat pada perintah-Nya. Perintah yang berat ini menguji keimanan dan cintanya kepada Sang Pencipta.
Keteguhan Hati Sang Anak, Ismail
Nabi Ibrahim, dengan berat hati, menyampaikan mimpinya kepada Ismail. Di luar dugaan, Ismail, dengan kedewasaan dan keimanan yang kokoh, menerima perintah Allah SWT dengan lapang dada. Ia menenangkan ayahnya dan memintanya untuk melaksanakan perintah Allah SWT.
“Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; engkau akan mendapatiku (termasuk) orang yang sabar.” (QS. Ash-Shaaffat: 102)
Ketegaran dan keikhlasan Ismail menunjukkan kualitas iman yang luar biasa. Ia merelakan dirinya demi memenuhi perintah Allah SWT, Sang Pencipta yang lebih ia cintai.
Pengorbanan Agung Nabi Ismail dan Ibrahim serta Hikmah di Baliknya
Nabi Ibrahim, dengan hati yang hancur, berusaha tegar melaksanakan perintah Allah SWT. Namun, saat beliau hendak menyembelih Ismail, Allah SWT menggantikan Ismail dengan seekor domba.
“Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.” (QS. Ash-Shaaffat: 107)
Peristiwa ini menunjukkan betapa besar kasih sayang Allah SWT kepada hamba-Nya. Allah SWT tidak menghendaki kesulitan bagi Nabi Ibrahim dan Ismail, melainkan menguji keimanan dan ketaatan mereka. Allah SWT menunjukkan bahwa ketaatan dan pengorbanan yang tulus akan berbuah manis.
Memaknai Qurban dalam Kehidupan
Kisah Nabi Ibrahim dan Ismail bukanlah sekadar Sejarah. Kisah ini sarat makna dan hikmah yang relevan sepanjang masa. Sobat Asy-Syifa’ dapat memaknai kisah tersebut dengan:
1. Ketaatan Mutlak kepada Allah SWT: Qurban mengajarkan bahwa cinta kepada Allah SWT harus diutamakan di atas segalanya, bahkan melebihi rasa cinta kepada keluarga dan harta benda.
2. Keikhlasan Hati: Qurban mengajarkan kita untuk merelakan apa yang kita miliki di jalan Allah SWT dengan hati yang ikhlas dan penuh syukur.
3. Kesabaran dan Ketegaran: Kisah ini menunjukkan pentingnya kesabaran dan ketegaran dalam menghadapi ujian hidup.
4. Kasih Sayang dan Pengorbanan: Qurban mengajarkan kita untuk meneladani kasih sayang dan pengorbanan Nabi Ibrahim dan Ismail.
Qurban: Menjadi Wujud Syukur dan Kepedulian
Ibadah qurban bukan hanya kegiatan rutin sebagai seorang muslim semata, tetapi memiliki makna yang mendalam. Qurban adalah wujud syukur atas nikmat yang Allah SWT berikan dan wujud kepedulian kepada sesama. Daging qurban dibagikan kepada fakir miskin dan orang yang membutuhkan, sehingga membantu meringankan beban mereka.
Semoga kisah Nabi Ibrahim dan Ismail menginspirasi Sobat Asy-Syifa’ untuk meningkatkan keimanan dan ketaatan kepada Allah SWT. Mari kita jadikan momentum Idul Adha sebagai kesempatan untuk berbagi kebahagiaan dan menebar kebaikan kepada sesama.
Selamat Hari Raya Idul Adha 1445H